Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 Mei 2012

TEORI-TEORI KEBENARAN FILSAFAT


Filsafat dapat diartikan dengan (1) pengetahuan tentang hikmah, (2) pengetahuan tentang prinsip, (3) mencari kebenaran, (4) mencari dasar-dasar apa-apa yang di bahas . Pada pengertian nomor tiga yang menyatakan bahwa filsafat itu mencari kebenaran, maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia tak lepas dari berfilsafat. Karena nasalah yang selalu menggeluti manusia sepanjang hidup adalah kebenaran.manusia tanpa mengenal letih, berusaha menjangkaunya. Keinginannya ini bisa ditemu, bila manusia mau menelusuri cerita-cerita kepercayaan (agama) maupun sejarah pemikiran (filsafat dan ilmu) manusia.
Keengganan anak nabi Nuh untuk ikut berperahu bersama ayahnya dan usahanya mencapai “tempat ketinggian” guna menyelamatkan diri dari banjir, menggambarkan akan keinginan mendapatkan kebenaran. Beralih-alihnya dugaan nabi Ibrahim tentang “Tuhan” (dari bintang, bulan, dan seterusnya) memperlihatkan juga akan usahanya mengejar kebenaran.
Dalam sejarah filsafat, hal semacam itu tidak sedikit terjadi. Perbedaan pendapat tentang apa yang asal dari segalanya, pernah di jaman Yunani. bahwa sumber segala sesuatu itu ialah air (menurut Thales), api (menurut Herakleitos), udara (menurut Anaximenes) adalah contoh dari perlombaan manusia menuju kebenaran. Pertentangan antara Rasionalisme dengan Empirisme tentang dasar “tahu” dapat dimasukan sebagai contoh pula
Kebenaran merupakan suatu hal yang menjadi landasan atau dasar kita untuk bertidak dan berpikir. Apakah kebenaran yang kita anggap benar itu merupakan sesuatu kebenaran hakiki ataupun suatu kebenaran relative, tetap saja kita memerlukan kebenaran dalam membaca kehidupan ini. Kebenaran merupakan kunci untuk bisa hidup dengan benar, baik, sesuai jalurnya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami akan menjelaskan tentang teori-teori kebenaran. Dimana teori-teori tersebut merupakan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli filsafat terdahulu. Sehingga nantinya kita bisa mengetahui mana kebenaran hakiki dan mana kebenaran relatif untuk dapat mengutamakan kebenaran hakiki di banding dengan kebenaran relative.

Kebenaran adalah kenyataan adanya (being) yang menampakkan diri sampai masuk akal. Pengalaman tentang kebenaran itu dialami akal si pengenal dalam kesamaannya dengan kenyataan adanya yang menampakkan diri padanya. Karena kesamaaan itu memang dicari dan dikejar namun belum tercapai, maka menurut pengalaman manusia si pengenal, kebenaran itu tanpa hentinya mewujudkan diri sambil ditentukan dari luar, tanpa pernah mencapai kesamaan sempurna .
Benar” menyatakan kualitas, keadaan atau sifat benarnya sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa pengetahuan (pemikiran) atau pengalaman (perbuatan). Jadi benar adalah suatu pengertian abstrak : suatu pengertian yang pada dasarnya tak dapat ditangkap oleh indra insani, meskipun seandainya indra ini diberi kekuatan tak terbatas. Sebagai lazimnya setiap sifat, “benar” baru dipahami dengan baik bila dihubungkan dengan sesuatu yang disifatinya.
Akan tetapi “benar” bisa juga berarti : sesuatu yang benar itu sendiri. Jadi bukan sifatnya, tetapi barangnya. Mengenai pengertian “benar” ini, dalam Encyclopedia Americana, yang ditulis bersama oleh Bernard S. Cayne dengan beberapa orang ahli, dikemukakan dua pengertian benar sebagai berikut : “Truth is the quality of being true, and anything that is true is a truth.” Jadi menurut buku ini, benar mempunyai dua pengertian seperti yang tersebut diatas.
Adapun “kebenaran mutlak” pada pembahasan disini dimaksudkan sebagai “sesuatu yang benar itu sendiri” (pengertian kedua), sebagai pengertian konkrit. Jika kebenaran mutlak dimaksud sebagai pengertian abstrak, maka selamanya kebenaran ini tak akan dapat dicapai, karena ia hanya ada dalam pengrtian kata (formal) bukan dalam pengertian zat (material). Karena itu sebutan “kebenaran mutlak” dimaksud sebagai keadaan sebenarnya dari sesuatu : zat yang sebenarnya dari objek (ding an sich).
Bila orang mendengar kata “benar,” secepat kilat dalam pikiranya akan “salah” sebagai lawannya. Itu adalah hal yang wajar. Akan tetapi tidak selamanya lawan “benar” itu “salah”. Benar bisa berarti lain, yaitu ; lempang (lawan sesat) – baik (lawan jahat) – bagus (lawan jelek) – tepat (lawan keliru) dan seterusnya. Peraliahan pengertian benar kepada hal yang lain ini, bergantun kepada jenis nilai mana yang diberikan kepada sesuatu yang berpredikat “benar” .

Rumusan substansi tentang apa itu kebenaran ( truth ) terdapat banyak teori. MichelWilliams mengenalkan setidaknya 5 teori kebenaran, yaitu kohorensi, korespondensi, performotif, progmatik, dan proposisi, penulis menambahkan satu teori paradigmatic / konstruktif.
Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logikaAristotiles proposisi benar adalah bila sesuai dengan persaratan formal suatu proposisi. Dalam logika proposisi yang lain, proposisi yang benar tidak dilihat pada benar formalnya, melainkan dilihat pada benar materialnya.
Proposisi tidak lain adalah suatu pernyataan yang berisi banyak kompleks. Pernyataan itu merentang dari yang subjektif individual sampai yang objektif. Persyaratan kebenarannya suatu proposisi dapat kita dasarkan pada model logika Aristotiles yang mendasarkan pada syarat formal, yang deduktif sedangkan model logika tradisional kuno lainnya adalah logika matematik deduktif materiil kategorik dari Euclides. Disebut logika meteriil, karena kebenaran dibuktikan atas bukti materiil, konstruk proposisinya menggunakan berpikir sistematisasi deduktif, dengan aksioma dan theorem.
Berpikir benar korespondensial adalah berpikir tentang terbuktinya sesuatu itu. Korespondensi relefan dibuktikan adanya kejadian sejalan tau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan ( positifisme ), antara fakta dengan belief yang diyakini yang sifatnya spesifik ( phenomenology russell ).
sesuatu yang koherensi dengan sesuatu yang lain berarti ada kesesuaian atau keharmonisan dengan sesuatu yang memiliki hirarki lebih tinggi. Yang memiliki hirarki lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut dapat berupa skema, sistem, atau nilai koherensi tersebut mungkin saja tetap pada dataran sensual nasional, tetapi mungkin pula menjangkau dataran transenden.
konsep paradigmatik di kembangkan dari banyak ahli, antara lain Thomas Kuhn. Kuhn menampilkan konsep rekonstruksirasional. Kuhn mensinyalir bahwa kebanyakan ilmuan hanya menampilkan ilmu pada dataran mozaik saja, belum menjangkau dataran rekonstuksi rasional menjadi suatu paradigma suatu paradigma. Menurut kuhn paradigma tersebut ada beberapa hal, yaitu:
a) Meningkatkan kesesuaian antara observasi dengan paradigma,
b) Memperluas skopa paradigma menjadi mencakup penomena tambahan,
c) Menetapkan nilai universal konstan,
d) Merumusan hukum kuantitatif untuk menyempurnakan paradigma,
e) Menetapkan alternative cara menerapkan paradigma pada telaah baru.
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual, dan menyatukan segalanya dalam tampilan aktual, dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis, yang teoretik, maupun yang filosofis. Orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual yang disebut dengan benaran performatif. Tokoh penganut ini antara lain: Strawson ( 1950 ) dan Geach ( 1960 ). Sesuatu sebagai benar bila memang dapat diaktualkandalam tindakan.
Perintis teori ini adalah Charles S. Pierce yang di tambahkan lebih lanjut oleh pragmatis William James dan John Dewey. Yang benar adalah yang konket, yang individual, dan yang spesifik, demikian James, Dewey lebih lanjut menyatakan bahwa kebenaran merupakan korespondensi antara ide dengan fakta; dari arti korespondensi menurut Dewey adalah kegunaan praktis .

JohnS. Brubacher dalam bukunya “ modern phloophies of education ” (disadur oleh IKIP malang menjadi: pengantar filsafat pendidikan), mengemukakan empat teori tentang kebenaran:
Berpendapat bahwa kebenaran ialah hubungan antara subyek yang menyadari dengan objek yang dasari. Kebenaran sudah ada diluar diri manusia, yaitu dalam dunia ini. Manusia tinggal mencari dan menemukannya. Karena itu kebenaran lebih ditentukan oleh faktor eksternal, bukan internal.
Mengemukakan bahwa kebenaran ialah ketetapsamaan kesan antara subjek terhadap objek yang sama. Seberapa konsistensi antara tanggapan subjek yang satu dengan subjek yang lain, menentukan validitas darikebenaran yang ditangkap. Menurut teori ini, tidaklah cukup menjamin bahwa hubungan subjek – objek disebutkan kebenaran, meningkat watak setiap subjek yang selalu cendrung ke arah subjektivitas.
Menyatakan bahwa kebenaran ialah sesuatu yang praktis, yang “bekerja”. Kebenaran tidaklah “ada”, melainkan “terjadi” kebenaran adalah proses pemeriksaan terhadap ( benar tidaknya ) sesuatu dalam praktek pelaksanaan. Oleh Karena itu kebenaran tidak pernah sempurna – abadi, melainkan dalam proses berubah-ubah. Sesuatu disebut benar, hanya kapan berguna, mampu memecahkan problem yang ada.
Berpendirian bahwa kebenaran ialah kebenaran Ilahi = divine truth, kebenaran yang bersumber dari tuhan, kebenaran mana yang disampaikan melalui wahyu. Manusia bukan semata makhluk jasmani yang ditentukan oleh hukum alam dan kehidupan saja. Ia juga makhluk rohaniah sekaligus, pendukung nilai. Kebenaran tidak cukup diukur dengan interes dan rasio individu, akan tetapi harus bisa menjawab kebutuhan dan memberi keyakinan pada seluruh umat. Karena itu kebenaran haruslah mutlak, berlaku sepanjang sejarah manusia .

Dr. m.J. Langeveld dalam bukunya berjudul” Menuju ke Pemikiran Filsafat” mengemukakan bahwa kebenaran ialah hubungan antara pemikiran subyek dengan obyek yang dijurusi . Olehnya kemudian diuraikan beberapa teori yag menginterpretasikan “hubungan” itu:
a.Realisme Naïf (Naïve Realism) : hubungan itu ialah persesuaian antara pemikiran dan obyek.
b. Imanen (Immanent) : hubungan itu sebagai gambaran-gambaran jiwa yang terbentuk oleh pemikiran dengan, sedangkan subjek tidak mengetahui apa-apa tentang hubunganya dengan obyek yang sebenarnya.
c. Transenden (Trancendent) : hubungan itu ialah perhubungan erat antara gambaran pemikiran dengan “benda yang sebenarnya.”
d.Transcendental (Transecendental) : hubungan itu ialah persesuaian pemikiran dengan bentuk-bentuk transendental dan sekunder .

C. Macam-macam Kebenaran
Kebenaran bermacam-macam, tergantung dari sudut mana orang berpijak untuk membaginya.
Dipandang dari segi “perantara” untuk mendapatkannya, kebenaran dibagi dalam :
a. Kebenaran indrawi (empiris), yang ditemui dalam pengamatan pengalaman.
b. Kebenaran ilmiah ( rational), yang lewat konsepsi akal.
c. Kebenaran filosofis (reflective thinking), yang dicapai dengan perenungan (murni)
d. Kiebenaran religius ( supernatural), yang diterima melalui wahyu Ilahi.
Dilahat dari segi “kekuasaan” untuk menekan orang menerimanya, kebenaran dibagi dua :
a.Kebenaran Subyektif, yang hanya diterima oleh subyek pengamat sendiri.
b. Kebenaran obyektif, yang diakui tidak hanya oleh subyek pengamat, tatpi juga oleh subyek-subyek yang lain.
Dari segi “luas berlakunya” kebenaran dibagi menjadi:
a. Kebenaran individual, yang berlaku bagi perorangan.
b. Kebenaran universal, yang berlaku bagi semua orang.
Dari segi “kualitasnya”, kebenaran dibagi dalam :
a. Kebenaran dasar, yaitu kebenaran yang paling rendah (= minim).
b. Kebenaran nisbi, yaitu kebenaran yang satu atau beberapa tingkat diatas kebenaran dasar, namun belum sempurna (= relatif).
c. Kebenaran mutlak, yaitu kebenaran yang sempurna, yang sejati, yang hakiki (=absolut) .

Ada beberapa wujud kebenaran, dan wujud ini berbeda – beda tingkatannya. Perbedaan tingkat ini terutama ditentukan oleh potensi subjek yang menyadari atau menangkap kebenaran itu. Baik panca indra, maupun rasio, bahkan juga budinurani manusia adalah potensi subjek yang menangkap dan menghayati kebenaran itu. Berdasarkan scope potensi subjek itu tadi, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi:
1) Tingkat kebenaan indra adalah tingkat yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia. Indra adalah gerbang kesadaran manusia.
2) Tingakat ilmiah, pengalaman – pengalaman yang didasarkan disamping melalui indera, diolah pula dengan rasio.
3) Tingkat filosofis, kedua tingkat di atas telah dilalui sebagai tahap pendahuluan. Rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam, mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya.
4) Tingkat religius , kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, dan dihayati dengan seluruh kepribadian, dengan integritas kepribadian, dengan iman dan kepercayaan.
Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud sifat dan kualitasnya. Bahkan juga proses dan cara terjadinya, di samping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud di sini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indra. Demikian seterusnya, yaitu rasio, kebijaksanaan, dan budinurani atau consciencia yang superrasional.
Dari uraian tentang tingkat-tingkat kebenaran diatas tadi kita dapat simpulkan batasan kebenaran itu sebagai berikut :
• Bahwa kebenaran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek. Demikian pula tingkatan validitas kebenaran ditentukan oleh potensi subyek yang berperan didalam penghayatan atas sesuatu itu.
• Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subyek tentang sesuatu. Terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek, yaitu realita, peristiwa, nilai-nilai (norma, hukum) yang bersifat umum.
Ada pula yang bersumber dari dalam berupa ide-ide, konsepsi-konsepsi, kreasi tertentu.
• Bahwa kebenaran itu ada yang relatif, terbatas ; ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah (jasmaniah, indra). Ada yang berupa ide-ide yang merupakan pemahaman potensi suyek (mental, rasio, intelektual).
Ada pula kebenaran yang berwujud transcendetal, rohaniah, spritual yang di jangkau oleh potensi subyek(budinurani, consciencia, super rasional).

E. Penutup
Kebenaran pertama-tama berkedudukan dalam diri si pengenal. Kebenaran di beri batasan-batasan sebagai penyamaan akal dengan kenyataan, yang terjadi pada taraf inderawi maupun akal budi tanpa pernah sampai kesamaan sempurna yang dituju kebenaran dalam pengalaman manusia. Ilmu-ikmu empiris memegang peranannya dalam usaha memegang kesamaannya itu. Dalm bidang ilmu-ilmu itu sendiri pun kebenaran selalu bersifat sementara . Ilmu-ilmu pasti tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran, tepatnya perjalanan ilmu-ilmu itu merupakan suati sumbangan agar pengetahuan diluar ilmu-ilmu itu makin lancar mendekati kebenaran.
Bahwa subtansi kebenaran adalah di dalam interaksi kepribadian manusia dengan alam semesta. Tingkat Wujud kebenaran dutentukan potensi subyek yang menjangkaunya. Artinya fungsi-fungsi potensi subyek a priori tersedia sesuai dengan materi dan tingkat kebenaran yang ada di dalam alam semesta dan metafisis.

F. Daftar Pustaka



Minggu, 06 Mei 2012

Proposal Skripsi "Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Belajar pada MAN 2 Model Banjarmasin"


Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman yang dilalui manusia dengan segala lingkungan yang pernah ia alami dan diseluruh umur yang dia miliki serta dalam bentuk interaksi seperti apapun. Karena pada hakekatnya kehidupan itu mengandung unsur pendidikan, karena adanya interaksi dengan lingkungan, baik antara manusia dengan manusia, manusia dengan makhluk ciptaan Allah SWT yang lain maupun manusia dengan sang Kholiq yaitu Allah SWT.
Adapun pendidikan dalam batasan yang sempit adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal. Kemudian pendidikan dalam makna terbatas adalah usaha sabar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah yang dilaksanakan atau diselenggarakan dalam bentuk pendidikan formal (sekolah), non formal (masyarakat) dan informal (keluarga) serta proses pendidikan tersebut dilaksanakan sepanjang hidupnya[1].
Manusia memiliki kedudukan sebagai abdullah dan khalifatullah, maka dengan ilmu yang di dapat dari pendidikan dan penglamannya akan menjadikan salah satu faktor manusia tersebut sukses berperan sebagai abdullah dan khalifatullah. Sehingga manusia yang memiliki ilmu dan pengalaman yang banyak sangat dihargai dan diharapkan untuk dapat menjaga keseimbangan kehidupan di dunia dalam bentuk khalifatullah dan menjadi makhluq yang di sayangi sang Khaliq dalam bentuk abdullah.
Al-Quran juga menjelaskan bahwa orang yang mempunyai wawasan ilmu pengetahuan yang didapatkan melalui proses pendidikan mempunyai kedudukan yang tinggi disisi Allah SWT sebagaimana firmannya dalam Al-Qur’an  surah Al-Mujadalah ayat 11. 
Dari ayat di atas sangat jelas sekali terlihat jika orang-orang yang berilmu mendapat kedudukan yang lebih tinggi dari orang-orang yang tidak berilmu. Dari sini dapat di ambil kesimpulan juga bahwa umat islam itu wajib menuntut ilmu atau berpendidikan baik itu laki-laki muslim maupun perempuan muslim.
Di jaman Era globalisasi sekarang ini, pendidikan di Indonesia mendapat perhatian khusus dari pemerintah, berbagai hal dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, dari penyediaan fasilitas pendidikan , menyejahterakan  para pendidik dan sampai proses meninggikan standar kelulusan.
Hal ini memang benar sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang tercantum dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan indonesia sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk memperkembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab[2].

Dari undang-undang tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa proses pendidikan itu adalah mengembangkan kemampuan peserta didik yang intergal dari potensi spritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang benar-benar bakat dari peserta didik itu sendiri.
Kemajuan teknologi modern tentu akan mempengaruhi perkembangan di dunia pendidikan, baik yang berkaitan dengan masalah penyelenggaraan pendidikan maupun dari kemudahan dalam mendapatkan sumber-sumber belajar atau pengetahuan. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pembelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi  dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, dan penyajian data dengan menarik serta terpecaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi[3]. Dengan demikian dengan adanya teknologi yang canggih saat ini yaitu internet maka seharusnya tidak ada suatu kesukaran lagi bagi para pendidik atau peserta didik dalam mencari informasi-informasi terbaru tentang pelajaran dan pengetahuan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi benar-benar dapat membuat pendidikan mengalami perubahan yang begitu besar. Teknologi mampu mancari berbagai informasi pengetahuan yang ingin di cari dengan sangat mudah. Menurut Amien Rais dalam bukunya Al-Islam dan Iptek, memahami dan mengembangkan teknologi merupakan suatu anjuran yang tercantum dalam Al-Quran. Seperti dalam surah Yunus ayat 101:
Namun kenyataannya, para pakar muslim merupakan pakar yang paling sedikit dibandingkan pakar agama lain yang diambil dari data Unisco, 1987. Pakar yang beragama budha (Jepang) 6.500 juta pakar/orang, Nasrani (Francis) 4.500 juta pakar/orang dan yang paling banyak adalah dari agama Yahudi (Israil) dengan 8.000 juta pakar/orang sedangkan yang paling sedikit adalah pakar Muslim (Mesir) dengan 367 juta pakar/orang dibawah Hindu (India) dengan 1.300 juta pakar/orang[4].
Melihat keadaan ini maka seharusnya kita sadari bahwa tidak bisa kesampingkan peran teknologi internet bagi perkembangan masyarakat dan bangsa. Apalagi kita ketahui bahwa didalam pendidikan, salah satu fungsi teknologi internet bagi pendidikan dan pembelajaran adalah mempermudah dan mempercepat dalam mencari sumber pembelajaran serta berfungsi juga sebagai media pembelajaran dalam menghilangkan kendala tempat, karena siswa dapat mempercepat dan mempermudah dalam mengakses materi pelajaran serta siswa dapat belajar walaupun pengajar berada di tempat yang berbeda, sehingga secara tidak langsung akan membantu penggunaan waktu secara efektif dan meringankan beban guru yang bersangkutan.
Dalam buku Gouzali saydam dijelaskan bahwa munculnya teknologi internet diawali oleh suatu proyek yang dilakukan oleh departemen pertahanan Amerika Serikat (DOD – defense of departemen) pada 1969. Ketika itu DOD memberikan semacam pekerjaan kepada kontraktor dan juga Universitas untuk melakukan penelitian dengan dana dari militer Amerika Serikat[5]. Dan pada saat ini teknologi yang mempengaruhi pendidikan yang paling tersohor adalah internet. Teknologi internet telah memperluas jangkauan informasi dan komunikasi yang dilakukan manusia, yang perkembangannya semakin merambah sampai kepelosok-pelosok kota. Dengan demikian informasi dan komunikasi yang dilakukan melalui media internet dewasa ini sudah menjadi produk yang mudah dan murah diproleh, dengan semakin banyaknya didirikan warnet–warnet (warung internet) yang menjual jasa internet.
Sudah seharusnya internet ini di manfaatkan dalam dunia pendidikan, dan dari kenyataan yang ada penulis melihat di MAN 2 Model Banjarmasian, salah satu Madrasah Aliyah terbaik di Kalimantan Selatan, di sini sudah mengembangkan internet dalam pendidikannya. Diantaranya pengetahuan internet ini di sampaikan salah satu mata pelajaran wajib yang ada di sana yaitu mata pelajaran IT ( Informasi Teknologi). Hal ini sangat baik sekali sebagai tanggapan sekolah terhadap perkembangan zaman. Sedangkan untuk fasilitas di MAN 2 Model ini memiliki 3 labotarium Komputer kemudian setiap labotariumnya terdapat 20 komputer dan dari 2 buah labnya sudah tersambung dengan jaringan internet. Sehingga dengan adanya fasilitas 60 komputer tersebut cukup untuk pembelajaran aplikasi-aplikasi yang digunakan pada internet di MAN 2, dan di tambah lagi dengan adanya fasilitas host pot. Tentu fasilitas teknologi internet yang ada di MAN 2 Banjarmasin sudah tidak bisa diragukan lagi.
Namun, disini penulis ingin memberikan gambaran bagaimana pemanfaatan dan penggunaan internet sebagai sumber pembelajaran siswa, sehingga mengefektifkan dan mengefisienkan proses pembelajaran.  Karena yang kadang di temui ada dibeberapa sekolah yang fasilitasnya sangat memadai / lengkap tapi tidak digunakan, kalaupun digunakan tidak maksimal. Apalagi internet merupakan teknologi yang sangat rawan dalam penyalah gunaannya, seperti kemaren di televisi banyak anak hilang karena penyalah gunaan facebook yang merupakan fasilitas yang disediakan internet selain itu ada fasilitas lain yang dapat disalahgunakan untuk membuka bahkan mendownload situs porno. Padahal dari sekolah yang memiliki fasilitas yang mengikuti perkembangan jaman atau modern seharusnya yang memberikan out put berkualitas dan sekolah tersebut dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain yang belum memiliki fasilitas yang memadai. Oleh karena itu sangat penting sekali permasalahan ini untuk diteliti. Agar nanti keberadaan ineternet dalam dunia pendidikan terutama di MAN 2 Model benar-benar memberikan dampak positif bagi kualitas generasi penerus bangsa ini dan menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain agar tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal .
Berdasarkan gambaran di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengangkat judul PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN PADA MAN 2 MODEL BANJARMASIN.

Untuk menghindari Penafsiran judul skripsi di atas, maka penulis merasa perlu menegaskan difinisi operasional judul, yaitu:
Pemanfaatan berasal dari kata manfaat yang dalam kamus bahasa indonesia memiliki arti ”guna”, jadi pemanfaaatn yaitu penggunaan sesauatu yang dapat memberikan kebaikan. Pemanfaatan yang dimaksud adalah kemampuan mendayagunakan dan mengambil manfaat terhadap internet guna menunjang keberhasilan pembelajaran
Didalam kamus komputer dan teknologi, internet merupakan singkatan dari Interconection Networking. The network of the networks, diartikan sebagai a global network of computer net works atau sebuah jaringan computer dalam sekala global/mendunia. Jaringan computer ini berskala internasional yang dapat membuat masing-masing computer saling berkomunikasi.  Adapun menurut kamus bahasa Indonesia internet memiliki makna jaringan komunikasi elektronik yang memperhubungkan jaringan-jaringan computer dan fasilitas-fasilitas computer kelembagaan diseluruh dunia. Ineternet berfungsi atau bermanfaat sebagai sumber dan media pembelajaran. Namun dalam penelitian ini lebih mengarah pada pemanfaatan internet sebagai sumber belajar, bukan sebagai media pebelajaran.
Kemudian untuk sumber berarti mata air, asal atau kabar dari” namun dalam penelitian ini makna yang diambil yaitu kabar atau informasi. Informasi-informasi yang mendukung proses belajar mengajar.
Dalam kamus besar bahas Indonesia pembelajaran adalah proses cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar[6]. sehingga pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa[7].
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Banjarmasin adalah sekolah tingkat menengah sederajat SMU yang berciri khas agama Islam di bawah Departemen Agama, cq Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Islam. Madrasah yang berlokasi di jalan Pramuka (jalan tembus terminal km.6) ini telah ditetapkan sebagai salah satu dari beberapa MAN Model di Indonesia.
Jadi maksud judul diatas adalah suatu penelitian tentang pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam bentuk mendownload materi pelajaran, sarana belajar, sumber informasi, mengumpul tugas lewat email oleh siswa-siswa MAN 2 Model Banjarmasin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Agar terarah permasalahan yang diteliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran pada MAN 2 Model Banjarmasin
2.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemanfaatn internet sebagai sumber pembelajaran siswa di MAN 2 Model Banjarmasin.

Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi sehingga penelitian ini dilakukan, yaitu:
1.      Mengingat signifikansi pemanfaatan internet sebagai sumber belajar dalam peningkatan pembelajaran, sehingga dapat menjadi pelajaran bagaimana pemanfaatan fasilitas internet secara maksimal.
2.      Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran siswa di sekolah ini, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang intensif dalam usaha memecahkan problema yang ada.

Sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti, maka penelitian ini bertujuan:
1.      Untuk mengetahui pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran pada MAN 2 Model Banjarmasin.
2.      Guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran siswa di MAN 2 Model Banjarmasin.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat:
1.      Sebagai sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan, dalam peningkatan sumber belajar mengajar sehingga dapat tercapai tujuan yang lebih baik.
2.      untuk menemukan prinsip-prinsip yang berkenaan tentang aspek sumber belajar siswa berkaitan dengan kinerja teknologi dalam memfasilitasi proses belajar mengajar.
3.      Sebagai bahan informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam ilmu pendidikan, terutama yang berkenaan dengan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar siswa.
4.      Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dalam permasalahan yang serupa untuk mengadakan penelitian yang lebih mendalam.
5.      Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman penulis tentang hubungan antara pemanfaatan internet terhadap pembelajaran siswa.
6.      Penambah khazanah ilmu pengetahuan bagi perpustakaan fakultas tarbiyah dan IAIN Antasari Banjarmasin.

Berdasarkan dari penelitian Sebagaimana penelitian tentang Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan Pembelajaran di SMP Al Muslim Sidoarjo-Jawa Timur oleh Sudirman Siahaan1 dan Rr Martiningsih2 dimana Beberapa simpulan yang dapat dikemukakan dari hasil penelitian ini adalah bahwa (a) seluruh peserta didik (100%) menyatakan bahwa mereka pernah menggunakan internet dalam kegiatan pembelajaran di sekolah sebagai salah satu sumber belajar, (b) alasan peserta didik menyenangi pemanfaatan internet sebagai salah satu sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran di sekolah adalah karena mereka dapat menambah ilmu pengetahuan (87,93%), (c) sebagian besar peserta didik (72,40%) menyatakan kegiatan pembelajaran menjadi sangat menyenangkan dan menarik apabila dilaksanakan dengan menggunakan internet, (d) lebih dari separuh responden (57,63%) menyatakan mereka lebih sering mengakses internet di sekolah karena gratis, dan (e) sebagian besar responden (76,27%) menyatakan mereka mempunyai e-friends yang mereka lakukan melalui situs www.friendster.com[8]. Memperhatikan potensi internet dan dampaknya apabila dimanfaatkan secara terencana dalam kegiatan pembelajaran, maka sudah waktunya dimulai upaya perintisan pemanfaatan internet untuk kepentingan kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam kaitan ini, perlu dilakukan sosialisasi dan penyiapan sekolah, baik yang berkaitan dengan sumber daya manusianya maupun fasilitas atau peralatan yang diperlukan. Pemerintah Kota/Kabupaten disarankan agar mendorong sekolah-sekolah yang telah memiliki kesiapan untuk memulai pemanfaatan internet dalam kegiatan pemblejaran.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Haris Fazlurrachman, di SMA Negeri 24 Bandung Adapun penggunaan internet sebagai media pembelajaran siswa SMAN 24 Bandung salah satunya dengan diluncurkannya situs pembelajaran online di internet melalui situs resmi www.sman24bdg.com. Melalui website tersebut seluruh siswa serta stackholder dapat menggunakan sarana komunikasi online untuk memenuhi kepentingannya. Situs tersebut mengandung konten atau fasilitas sebagai berikut : - Agenda- Album- Artikel- Info- Berita- Opini Link- Buku Tamu- Forum- E-Learning- Link Blog- Webmaster- Peta Situs( admin sman24bdg.com, 2008 : ) ( curhatpendidikan.blogspot.com ).
Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Abdul Aziz, yang berjudul Pengembangan Pembelajaran Berbantuan Komputer mata pelajaran Fiqih di MTs. Dimana penelitian ini mengginakan penelitian Research and development (R&D) mengacu pada penelitian yang dikembangkan oleh Borg & Gall. Dan dalam model pengembangan media pembelajaran yang dikembangkan oelh Kemp & Dayton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas media pembelajaran bebantuan computer pada mata pelajaran Fiqih termasuk dalam criteria sangant baik dengan rerata skor (dari rentang skor 1-5). Aspek tampilan menunjukkan rerata skor 4,17 dan aspek materi 4,44. Dari aspek motivasi dan manfaat, siswa berpendapat bahwa belajar dengan mnggunakan media pembelajaran berbantuan computer fiqih memudahkan,menyenangkan, menarik, dan bermanfat bagi mreka. Hasil pretest dan posttest yang dilakukan uji coba lapangan menunjukkan adanya peningkatan prestasi siswa yang signifikan antara sebelum dan sesudah menggunakan produk media pembelajaran berbantuan komputersudah layak digunakan sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih karena telah sesuai dengan criteria yang telah ditentukan, yaitu jika hasil penilaian hasiluji coba lapangan minimal termasuk dalam criteria baik maka produk pengembangan media yang dikembangkan dapat dikatakan valid sebagai media pembelajaran fiqih. Adpun keterbatsan pengembangan produk pembelajaran berbantuan computer fiqih pada penelitian ini masih terbatas hanya untuk tiga kompetensi dasar, produk yang dikembangkan juga belum maksimal karena keterbatasan pada peneliti seperti waktu, kemampuan, dan dana serta proses validasi produk juga belum dilakukan  secara optimal, karena hanya dilakukan lima tahap dan uji coba lapanagan juga masih dilakukan pada satu lembaga pendidikan[9].
Dan juga berdasarkan penelitian di daerah-daerah yang berkaitan dengan media pembelajaran. Dimana dari beberapa penelitian yang dilakukan Mahasiswa IAIN Antasari di daerah Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa kemampuan guru menggunakan media elektronik dan tersedia fasilitas media yang sudah cukup memadai. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Syafi’i di SMK 1 Barabai Kabupaten Hulu Sungai Utara, di dalam penelitiannya ia menggunakan penelitian lapangan (field Research), dimana yang dari penelitian tersebut diketehui bahwa penggunaan media dalam pembelajaran sangat baik (M. Syafi’i, Skripsi: IAIN Antasari).
Serta Berdasarkan data dari penelitian yang dilakukan oleh Rabi’ah di SMP Negeri 2 Lampihong Kab. Balangan bahwa penggunaan media pembelajaran Pendidikan Agama Islam  di sekolah tersebut telah berjalan dengan baik. Hal ini berdasrakan pada beberapa indikator yang meliputi:
a.       Pengetahuan dan keterampilan guru Pendidikan Agama Islam dalam memanfaatkan media pngajaran telah cukup baik dan berjalan secara maksimal.
b.      Kemampuan guru dalam menggunakan media dengan metode dan teknik yang bervariasi telah berjalan cukup baik
c.       Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sebagai implementasi dari efektifitas penggunaan media pengajaran terhadap prestasi belajar siswa adalah partisipasi siswa daam proses belajar mengajar.
            Sedangkan penelitian Astutik Nur Qamariah dengan judul Perilaku Penggunaan Internet pada Kalangan Remaja di Perkotaan dimana Penelitiannya ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan format deskriptif survei dengan sampel 96 orang. Lokasi penelitian dilakukan di SMP dan SMA Surabaya, dengan pemilihan lokasi menggunakan multistage random sampling. ia dapat menyimpulkan tiga hasil temuan penelitian. Pertama, usia responden saat pertama kali mengenal dan menggunakan internet ialah 12 tahun. Rata-rata saat itu mereka telah memasuki kelas VII SMP, dimana tugas-tugas sekolah yang diberikan mulai mengharuskan mereka mencari sumber atau bahan-bahannya di internet sehingga mereka dituntut harus bisa menggunakan internet. Sebagian besar remaja perkotaan dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa teman sebaya (peer groups) dijadikan sebagai sumber belajar pertama kali berinternet bagi mereka. Berdasarkan aspek intensitas penggunaan internet, sebagian besar remaja perkotaan lebih sering mengakses internet di warnet meskipun di sekolah mereka terdapat fasilitas internet yang dapat dimanfaatkan secara free (baik di laboratorium komputer atau perpustakaan sekolah). (palimpsest.fisip.unair.ac.id ).
Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima (5) bab, yaitu sebagai berikut:


Jenis penelitian ini adalah bersifat lapangan (field research) yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yakni menyangkut tentang keadaan yang ada di lapangan yang diteliti, diamati dan berdasarkan atas pengamatan yang dilakukan. Pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif melalui pengungkapan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang, peristiwa tertentu secara rinci dan mendalam serta prilaku yang diamati.
Penelitian ini didesain dengan menggunakan rancangan penelitian diskriptif kualitatif, dimana yang menjadi fokus perhatian dari desain ini adalah penerangkan tentang keadaan yang ada dilapangan baik yang diteliti, diamati, pengamatan yang dilakukan scara informasi yang didapati dari responden dan informan. .

Subjek penelitian ini adalah para siswa-siswi kelas XI di MAN 2 Model Banjarmasin.
Yang menjadi objek penelitian ini adalah tentang pemanfaatan internet  sebagai sumber pembelajaran di MAN 2 Model Banjarmasin.
  1. Populasi
      Berdasarkan pokok penelitian yang digali dalam penelitian ini, yang menyangkut tentang bagaimana pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran di MAN 2 Model Banjarmasin, maka yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI yang memanfaatkan fasilitas internet pada tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 219 orang yang berasal dari sebagian siswa MAN 2 Model Banjarmasin.
  1. Sampel
      Dalam penarikan sampel mengenai bagaimana peran internet dalam meningkatkan proses pembelajaran di MAN 2 Model Banjarmasin, penulis menggunakan teknik sample Proportionate Stratified Random Sampling yaitu dengan mengambil 54 dari 219 siswa yang memakai fasilitas internet yang dijadikan sampel karena sejumlah siswa tersebut  penulis merasa sudah cukup untuk mewakili pemanfaatn internet sebagai sumber pembelajaran oleh  seluruh siswa di sekolah tersebut.

1)      Data tentang pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran siswa, yaitu berupa:
a)      Intensitas siswa-siswi MAN 2 Model Banjarmasin menggunakan Internet
b)      Suka atau tidaknya siswa-siswi MAN 2 Model Banjarmasin membuka internet sebagai sumber pembelajaran
c)      Sering atau tidaknya siswa-siswi MAN 2 Model Banjarmasin membuka internet untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
a)      Latar belakang atau keterampilan siswa-siswi MAN 2 Model Banjarmasin menggunaankan media internet
b)      Jadwal waktu yang sediakan dalam penggunaan fasilitas internet.
c)      Fasilitas internet yang dimilki sekolah.
d)     Fasilitas yang tersedia di dalam internet
Untuk mendapatkan data-data yang ada kaitannya dengan pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran siswa digunakan sumber data yaitu, Responden dimana siswa di MAN 2 Model Banjarmasin yang menjadi responden.
Untuk mengumpulkan data-data pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a.       Observasi, yaitu penelitian dilakukan secara langsung ke lapangan tentang fasilitas dan pemanfaatan internet  sebagai sumber pembelajaran di MAN 2 Model Banjarmasin.
b.      Wawancara, yaitu wawancara kepada guru guna memperoleh data tentang pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
c.       Angket, yaitu penulis mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis kepada seluruh siswa sehubungan dengan data yang diperlukan, yaitu mengenai pemanfaatan internet  sebagai sumber pembelajaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Untuk lebih jelasnya mengenai data, sumber data dan teknik pengumpulan data, maka dapat dilihat pada matriks berikut:
No.
Data
Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data
1.




Data tentang aktifitas siswa MAN 2 Model Banjarmasin dalam pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran, yang meliputi:
  1. Mendownload sumber belajar yang ada di internet
  2. Pengumpulan tugas-tugas pembelajaran lewat internet.
  3. Intensitas online

  1. Suka tidaknya mencari tugas di internet
  2. Suka tidaknya membaca materi pembelajaran yang ada di internet





Siswa dan Guru
Siswa dan Guru

Siswa dan Guru
Siswa dan Guru
Siswa dan Guru





Angket

Angket

Angket

Angket

Angket

2.
Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran oleh siswa MAN 2 Model Banjarmasin yang meliputi 2 faktor:
  1. Minat untuk belajar dengan internet
  2. Persepsi tentang keberadaan internet di MAN 2 model Banjarmasin
a.       Kesahihan informasi yang ada di internet
b.      Kondisi lab komputer dan host pot
c.       Sitem pelayanan waktu penggunaan lab komputer
d.      Sistem Penggunaan area host pot

e.       Penggunaan laptop atau notebook
f.       Sarana dan fasilitas


g.      Motivasisi dari guru dan lingkungan






Siswa dan Guru
Siswa dan Guru


Siswa dan Guru
Siswa dan Guru
Siswa, Guru dan pengelola
Siswa, Guru dan pengelola
Siswa dan Guru
Siswa, Guru dan pengelola
Siswa, Guru dan kepala sekolah






Angket dan Observasi

Angket


Angket

Angket, wawancara dan observasi
Angket, dan wawancara

Angket, dan wawancara


Angket, dan wawancara
Angket, wawancara dan observasi

Angket, dan wawancara


  1. Teknik Pengolahan Data
      Untuk mengolah data yang terkumpul, penulis menggunakan berbagai teknik, yaitu:
a.   Editing
Teknik ini digunakan untuk mengecek kembali kelengkapan jawaban yang diberikan oleh responden.
        Teknik ini dilakukan dengan cara mengelompokkan masing-masing data sesuai dengan jenis permasalahannya.
c.   Tabulating
        Teknik ini dilakukan dengan membuat data yang telah dihitung ke dalam tabel dengan menngunakan rumus sebagai berikut:
Rumus  F ×100 = P (%)
             N
Keterangan:
P = Persentase yang diperoleh.
F = Frekuensi, jumlah responden yang memberikan salah satu alternatif jawaban.
N = Nilai/ jumlah responden keseluruhan.        
  1. Interpretasi Data
      Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan kategori sebagai berikut:
      00  − < 20% = buruk sekali
      20  − < 40% = kurang baik
      40  − < 60% = cukup baik
      60  − < 80% = baik
      80  − 100%  = baik sekali
  1. Analisis Data
      Setelah data disajikan dan diinterpretasikan kemudian diadakan analisis data, dengan demikian pokok permasalahan yang dirumuskan dapat tergambar dengan jelas.
      Metode yang digunakan dalam analisis data ini adalah metode deskriptif kualitatif dan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode induktif yaitu menggunakan data-data yang bersifat khusus.
      Penelitian ini mempunyai beberapa tahapan prosedur yang dilakukan, yaitu:
1.      Tahap Pendahuluan
a)   Penjajakan di lokasi penelitian.
b)   Membuat proposal penelitian.
c)   Mengajukan proposal penelitian.
2.      Tahap Persiapan
a)   Melaksanakan seminar proposal.
b)   Meminta surat perintah riset dari Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin.
c)   Menyampaikan surat perintah riset kepada pihak-pihak yang berwenang.
3.      Tahap Pelaksanaan
a)       Menghubungi responden dan informan untuk menggali data sesuai dengan teknik yang telah ditetapkan.
b)   Pengumpulan data.
c)       Pengolahan dan penganalisisan data.
a)       Penyusunan laporan penelitian dalam bentuk skripsi sambil berkonsultasi dengan dosen pembimbing.
b)       Setelah laporan sempurna dan meminta persetujuan dari dosen pembimbing.
c)       Diperbanyak dan diajukan ke sidang munaqasah skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari.

http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/03_2009/j03_10.pdf



[1] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Klam Mulia, 2002), h. 17-18
[2] Derektorat Jendral pendidikan Islam Departeman Agama Islam RI, Undang-unang dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan, (Dirjen Pendidikan Islam RI, Jakarta, 2006) h. 8-9
[3] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta, PT Raja grafindo Persada, 2007), h15-16
[4] Amien Rais, Al-Islam dan Iptek, (Jakarta: PT. Raja Grafindopersada, 1998), h. 217-218
[5] Gouzali Saydam, Teknologi Komunikasi Perkembangan dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 359
[6] Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kmus Besar Bahasa Indinesia,disi kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1991) cet. ke-1, h. 14
[7] Panalina Panen, Belajar dan Pembelajaran 1 Model 1-6, (Jakarta: UniversitasTerbuka, 2002), h. 3.
[8] http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/03_2009/j03_10.pdf

[9] Volume 4, Nomor 2, desember 2007, Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, (Palangkaraya: Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (P3M) STAIN Palangkaraya)

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes