Sabtu, 23 Februari 2013

BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN
KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
Oleh: A. Miftakhul Ulum
NIM: 11770047
Dosen Pengampu
Dr. H. Moh. Padil, M. Pd.I
A.  PENDAHULUAN  
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, tekhnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya. Maka pada makalah ini penulis akan membahas beberapa pendekatan yang digunakan dalam rangka mengembangkan kurikulum pendidikan Islam. Harapan penulis adalah semoga makalah ini dapat menambah wawasan keilmuan kita dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan khususnya bagi diri penulis sendiri. Amin.

B.  PEMBAHASAN
1.    Kajian  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Dalam bahasa latin kurikulum berarti  “ lapangan pertandingan” (race course) yaitu arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish, Baru pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidamg pendidkan. Bila ditelusuri ternyata kurikulum mempunyia berbagai macam arti, yaitu: (1). Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran; (2). Pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah; (3). Rencana belajar siswa.
Menurut UU No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan peraturan, mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunkannya dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.
Banyak pendapat mengenai arti kurikulum, Namun inti kurikulum sebenarnya adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan, interaksi sosial, di lingkungan sekolah, proses kerja sama dengan kelompok, bahkan interaksi denagn lingkungan fisik seperti gedung sekolah dan ruang sekolah. Dengan demikian pengalaman itu bukan sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah pengalaman kehidupan. Didalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.[1]
Zais dalam bukunya Syaodih menjelaskan bahwa kurikulum bukan hanya merupakan rencana tertulis begi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur lingnkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.[2]
Sedangkan Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.[3] Selain itu, kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.[4]
M. Arifin memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan.
S. Nasution menyatakan, ada beberapa penafsiran lain tentang kurikulum. Diantaranya: Pertama, kurikulum sebagai produk (hasil pengembangan kurikulum), Kedua, kurikulum sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari oleh siswa (sikap, keterampilan tertentu), dan Ketiga, kurikulum dipandang sebagai pengalaman siswa.[5]
Pengertian kurikulum dalam pandangan modern merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.[6]
Jika diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepada konseptualisasi manusia paripurna (insan kamil) yang strateginya telah tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam.[7]
Adapun yang terakhir adalah pengertian pengembangan kurikulum pendidikan Islam. Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa pengembangan kurikulum pendidikan islam dapat diartikan sebagai: a) kegiatan menghasilkan kurikulum PAI, atau b) proses yang mengkaitkan satu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilakn pendidikan Islam yang lebih baik, atau c) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum PAI.[8]
Menurut Geane, Topter dan Alicia bahwa Pengembangan Kurikulum adalah suatu proses dimana partisipasi pada berbagai tingkatan dalam membuat keputusan tentang tujuan, bagaimana tujuan direalisasikan melalui proses belajar mengajar dan apakah tujuan dan alat itu serasi dan efektif.[9]
Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penelitian terhadap kurikulum yang tidak berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.[10]
Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum pendidikan Islam tersebut ternyata mengalami perubahan-perubahan paradigm, walau dalam beberapa hal tertentu paradigm sebelumnya tetap dipertahankan hingga sekarang. Beberapa pendapat mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah: the planning of learning opportunities intended to bring about certain desired in pupils, and assessment of the extent to which these change have taken place.[11]
Rumusan ini menunjukkan bahwa kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan tersebut telah terjadi pada setiap peserta didik.
Dalam pengertian tersebut sesungguhnya pengembangan kurikulum adalah proses siklus yang tidak pernah berakhir. Proses kurikulum tersebut terdiri dari empat unsure yaitu:[12]
a.    Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenan dengan mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh.
b.    Metode dan material: mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material institusi untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan pertimbangan pengajar
c.    Penilaian (assesment): menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan dalam hubungan dengan tujuan
d.   Balikan (feedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh, yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.


2.    Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam
Para pengembang telah menemukan beberapa pendekatan dalam pengembangan kurikulum. Yang dimaksudkan pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Setidak-tidaknya ada 4 pendekatan dalam pengembangan kurikulum di antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistik, pendekatan teknologi, dan pendekatan rekonstruksi sosial.
a.    Pendekatan Subyek Akademik (bidang studi)
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum. Prioritas pendekatan ini adalah mengutamakan sifat perencanaan program dan juga mengutamakan penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.[13]
Pendekatan ini adalah pendekatan yang tertua, sejak sekolah yang pertama berdiri kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Pendekatan subyek akademik dalam menyususn kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi tertentu yang berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih dulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. Tujuan kurikulum subyek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses penelititan.
b.    Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa atau peserta didik (student-centered) dan mengutamakan perkembangan afektif peserta didik sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik humanistic meyakini bahwa kesejahteraan mental dan emosional peserta didik harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar proses belajar memberikan hasil yang maksimal.[14]
Pendekatan humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide memanusiakan manusia. Penciptaan konteks yang memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengmbangan program pendidikan.
Kurikulum pada pendekatan ini mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1) Partisipasi, kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam belajar. Kegiatan belajar adalah belajar bersama, melalui berbagai bentuk aktivitas kelompok. Melalui partisipasi kegiatan bersama, murid-murid dapat mengadakan perundingan, persetujuan, pertukaran kemampuan, bertanggung jawab bersama, dan lain-lain. Ini menunjukkan cirri-ciri yang non- otoriter
2) Intergrasi, melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok terjadi interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, dan juga tindakan.
3) Relevansi, isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minat dan kebutuhan murid karena diambil dari dunia murid oleh murid sendiri.
4) Pribadi anak, pendidikan ini memberikan tempat utama pada kepribadian anak.
5) Tujuan, pendidikan ini bertujuan pengembangan pribadi yang utuh,yang serasi baik di dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh.
Prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan pada minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik.
c.    Pendekatan Teknologis
Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Pembelajaran PAI dikatakan menggunakan pendekatan teknologis, bilamana yang menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan menilainya.
Pendekatan teknologis ini sudah tentu mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya. Karena dari itu pendekatan teknologis tidak selamanya dapat digunakan dalam pembelajaran PAI. kalau kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam hanya sampai kepada penguasaan materi dan keterampilan menjalankan ajaran agama, mungkin bisa mengunakan pendekatan teknologis, sebab proses dan produknya bisa dirancang sebelumnya.
Pesan-pesan pendidikan agama Islam tidak semua dapat didekati secara teknologis. Sebagai contoh: bagaimana membentuk kesadaran keimanan peserta didik terhadap Allah Swt., malaikatnNya, kitab-kitabNya dan lainnya. Masalah kesadaran keimanan banyak mengandung masalah yang abstrak, yang tidak hanya dilihat dari perilaku riil atau konkritnya. prinsip efisiensi dan efektivitas (sebagai ciri khas pendekatan teknologis) kadang kala juga sulit untuk dicapai dan dipantau oleh guru, karena pembentukan keimanan, kesadaran pengamalan ajaran Islam dan berakhlak Islam, sebagaimana tercantum dalam tujuan pendidikan agama Islam, memerlukan proses yang relatif lama, yang sulit dipantau hasil belajarnya dengan hanya mengandalkan pada kegiatan belajar-mengajar di kelas dengan pendekatan teknologis. Kerena itu perlu menggunakan pendekatan lain yang bersifat non-teknologis.
d.   Pendekatan Rekontruksionalisme
Pendekatan ini disebut juga pendekatan rekontruksi sosial karena memfokuskan kurikulum pada masalah penting yang dihadapi masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, malapetaka akibat tujuan teknologi dan lain-lain.
Dalam gerakan in terdapat dua kelompok yang sangat berbeda pandangannya terhadap kurikulum, yaitu.
1). Rekontruksionalisme Konservatif
            Pendekatan ini menganjurkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
2). Rekontruksionalisme Radikal
            Golongan radikal ini berpendapat bahwa kurikulum yang sedang mencari pemecahan masalah sosial ini tidak memadai. Kelompok ini ingin menggunakan pendidikan untuk merombak tata social dan lembaga social yang ada dan membangun struktur sosial baru.[15] 
Pendekatan Rekonstruksi Sosial dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukkan masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi sosial disamping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahawa manusia adalah sebagai makhluk sosial yang dalam kehidupannya selalu membutuhkan manusia lain, selain hidup bersama, berinteraksi dan bekerja sama.
Isi pendidikan terdiri atas problem-problem aktual yang dihadapi dalam kehidupan nyata di masyarakat. Proses pendidikan atau pengalaman belajar peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan kerja sama, baik antar peserta didik, peserta didik dengan guru/dosen dengan sumber-sumber belajar yang lain. Karena itu, dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan PAI bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat sebagai isi PAI, sedang proses atau pengalaman belajar peserta didik adalah dengan cara memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooparatif dan kolaboratif, berupaya mencari pemecahan terhadap problem tersebut menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.[16]
Pendekatan dalam pengembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang terhadap sekolah dan masyarakat. Para pendidik pada umumnya tidak berpegang pada salah satu pendekatan secara murni, tetapi menganut beberapa pendekatan yang sesuai. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum mempunyai arti yang sangat luas. Hal tersebut bisa berarti penyusunan kurikulum baru (curriculum construction), bisa juga penyempurnaan terhadap kurikulum yang sedang berlaku (curriculum improvement).
Dalam hal ini, Syaodih mengemukakan pendekatan pengembangan kurikulum berdasarkan sistem pengelolaan dan berdasarkan fokus sasaran.
a.     Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Sistem Pengelolaan
Dilihat dari pengelolaanya pengembangan kurikulum dibedakan antara system pengelolaan yang terpusat (sentralisasi) dan tersebar (desentralisasi). Dengan adanya kebijakan otonomi daerah maka pengelolaan kurikulum tidak lagi sentralisasi tetapi desentralisasi sehingga pengembangan kurikulum lebih berbasis daerah atau. kewilayahan. Model kurikulumnya akan beragam sesuai dengan tujuan, fungsi, dan isi program pendidikan.
b.    Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Fokus Sasaran
Berdasarkan fokus sasaran, pengembangan kurikulum dibedakan antara pendekatan yang mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan yang menekankan pada isi atau materi, penguasaan kemampuan standar yang menekankan pada penguasaan kemampuan potensial yang dimiliki peserta didik sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya, penguasaan kompetensi yang menekankan pada pemahaman dan kompetensi tertentu disekolah, pembentukan pribadi yang menekankan pada pengembangan atau pembentukan aspek-aspek kepribadian secara utuh, baik pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap, dan penguasaan kemampuan memecahkan masalah sosial kemasyarakatan yang menekankan pada pengembangan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang ada dimasyarakat.[17]
C.  PENUTUP
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam sebuah sistem pendidikan. Pengembangan kurikulum juga sama pentingnya dalam proses pendidikan. Mengingat betapa pentingnya komponen kurikulum dalam sebuah sistem pendidikan tersebut, maka selama ini kurikulum selalu mengalami perubahan atau lebih tepatnya penyempurnaan atau pengembangan. Hal ini dilakukan agar kurikulum bisa sejalan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedikitnya terdapat 4 pendekatan yang bisa digunakan dalam rangka mengembangkan kurikulum, yaitu 1) pendekatan subjek akademik, dimana pendekatan ini dalam menyususn kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing; 2) pendekatan humanistik, dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide memanusiakan manusia. Penciptaan konteks yang memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengmbangan program pendidikan; 3) pendekatan teknologis, dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Pembelajaran PAI dikatakan menggunakan pendekatan teknologis, bilamana yang menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan menilainya, dan 3) pendekatan rekontruksi sosial, dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif, akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukkan masyarakat yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi, 2007, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
E. Mulyasa, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
H. Ramayulis, 2006,  Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Muhaimin, 2005,  Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nana Syaodih Sukmadinata, 2005, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Omar Mohammad Al-Toumy A-Syaibany, 1984, Falsafah Pendidikan Islam, Terj.Hassan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang.
Oemar Hamalik, 2006, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya.
S.Nasution, 1994, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.
_________ 1993,  Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Subandijah, 1996,  Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal, 2009, Bandung: Wacana Adhitya.
Zakiyah Dradjat, dkk, 1996,  Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.




[1] UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal, (Bandung: Wacana Adhitya, 2009), hlm. 4
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 5
[3]  Omar Mohammad Al-Toumy A-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Terj.Hassan Langgulung), (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 478.
[4]  Zakiyah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 122.
[5]S.Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara,1994), hlm. 5-9.
[6] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 152.
[7] Ibid.
[8] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, Madrasah Dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja grafindo Persada, 2005), hlm. 10
[9] Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 36.
[10] Ibid., hlm. 38
[11] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 96
[12] Ibid., hlm. 97
[13] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm 190
[14] Ibid., hlm. 203
[15] S. Nasution, Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hlm 48
[17] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 65

3 komentar:

Anonim mengatakan...

kok gk bisa di copi ce?
heheh.

Unknown mengatakan...

wah pyn kurang profesional ce bos, coba control+A. pasti bisa. heheheheheh

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes