BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan bagian dan sistem pendidikan yang tidak bisa dipisahkan
dengan komponen sistern lainnya. Tanpa Kurikulum suatu sistem pendidikan tidak
dapat dikatakan sebagai sistem pendidikan yang sempurna. Ia merupan ruh
(spirit) yang menjadi gerak dinamik suatu sistem pendidikan, Ia juga merupakan
sebuah idea vital yang menjadi landasan bagi terselenggaranya pendidikan yang
baik. Bahkan, kurikulum seringkali menjadi tolok ukur bagi kualitas dan
penyelenggaraan pendidikan. Baik buruknya kurikulum akan sangat menentukan
terhadap baik buruknya kualitas output pendidikan, dalam hal ini, peserta
didik.
Dalam kedudukannya yang strategis, kurikulum memiliki fungsi holistik dalam
dunia pendidikan, ia memiliki peran dan fungsi sebagai wahana dan media
konservasi, internalisasi, kristalisasi dan transformasi ilmu pengetahuan,
teknologi, seni dan nilai – nilai kehidupan ummat manusia.
Sebagai wahana dan media konservasi, kurikulam memiliki konstribusi besar
dan strategis bagi pewarisan amanat ilmu pengetahuan yang diajarkan Allah SWT
melalui para nabi dan rosul, para filosof, para cendikiawan, ulama, akademisi
dan para guru, secara turun temurun, inter dan antar generasi melalui
pengembangan potensi kogntif, afektif dan psikomotorik para muridnya. Sehingga
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan dalam kerangka menciptakan situasi
kondusif, dinamis dan kostruktif tatanan dunia ini berlangsung secara kontinum.
Sebagai wahana dan media intemalisasi, kurikulum berfungsi sebagai alat
untuk memahami, menghayati dan sekaligus mengamalkan ilmu dan nilai-nilai itu.
dalam spektrum relitas kehidupan yang sangat luas dan universal, juga kehidupan
ini memiliki kebermaknaan, dalam arti nilai guna dan hasil guna.
Kurikulum
sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis
dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum
di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh
dan kuat.
Landasan
pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun kurikulum atau
kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan
tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para
pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta
pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan,
sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap
implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan. Penyusunan dan
pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan
berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan
proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya sasaran
pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kurikulum?
2. Apa Saja Landasan Pengembangan Kurikulum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Kurikulurn merupakan salah satu alat untuk membina dan mengembangkan siswa
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab[1]
Menurut Muhaimin kurikulum berasal dari kata Yunani yang semula digerakan
dalam bidang olahraga yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak
yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari start sumpai finish.
Pengertian ini kemudian digunakan dalam pendidikan.[2]
Menurut Muhaimin mengutip pendapat Saylor kurikulum adalah segala usaha
sekolah/perguruan tinggi yang bisa menghasilkan atau menimbulkan hasil-hasil
yang dikehendaki, apakah itu di dalam situasi sekolah maupun di luar sekolah[3].
Muhaimin mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum itu berangkat dari ide yang pada gilirannya diwujudkan dalam
bentuk program.[4]
Kurikulum kemudian diartikan
sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau
dikuasai untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah. Disamping itu,
kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk
mencapai sejumlah tujuan pendidikan. Itulah sebabnya orang pada waktu lalu juga
menyebutkan kurikulum dengan istilah “rencana pelajaran” yang merupakan
terjemahan leerplen. Rencana pelajaran merupakan salah satu komponen
dalam asas-asas didaktik yang harus dikuasai.[5]
Sedangkan secara terminologi, pengertian kurikulum dapat kita lihat atau
baca dari para ahli berikut ini:[6]
1.
Crow and Crow
Kurikulum adalah rancangan pengajaran yang
isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis sebagai syarat
untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.
2.
Saylor Alexander (dikutip S. Nasution)
Kurikulum bukan hanya memuat sejumlah mata
pelajaran, akan tetapi termasuk juga didalamnya segala usaha sekolah untuk
mencapai tujuan yang diinginkan baik di lingkungan sekolah maupun diluar
lingkungan sekolah.
3.
Hasan langgulung
Kurikulum adalah sejumlah pengalaman
pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian baik yang dilaksanakan
dilingkup sekolah maupun diluar lingkungan sekolah.
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu merupakan landasan
atau pedoman bagi seorang pendidik dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik
atau pembimbing bagi peserta didik (siswa) yang dididknya ke arah tujuan yang
diinginkan sehingga adanya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bisa
mnejadikan Insan Kamil.
B. Landasan Pengembangan
1. Landasan Filosofis
Filsafat sangat penting karena harus
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan tentang setiap aspek kurikulum. Untuk
tiap keputusan harus ada dasarnya. Filsafat adalah cara berfikir yang
sedalam-dalamnya, yakni sampai akarnya tentang hakikat sesuatu.
Ada orang yang
berpendapat bahwa guru tak perlu mempelajari filsafat, karena sangat abstrak
dan karena itu tak praktis dan tidak ada manfaatnya bagi pekerjaannya.
Pendirian itu terlampau picik, karena apa yang dilakukan guru harus didasarkan
pada apa yang dipercayai, diyakininya sebagai benar dan baik. Filsafat itu
antara lain menentukan kepercayaan kita tentang : apakah hakikat manusia,
khususnya hakikat anak dan sifat-sifatnya, apakah sumber kebenaran dan
nilai-nilai yang hendak menjadi pegangan hidup kita, tentang apakah yang baik,
apakah hidup yang baik, apakah yang sebaiknya diajarkan kepada anak didik,
apakah peranan sekolah dalam masyarakat, apakah peranan guru dalam proses
belajar mengajar dan lain-lain.[7]
Filsafat dalam arti
yang sebenarnya adalah cinta akan kebenaran, yang merupakan rangkaian dari dua
pengertian, yakni philein (cinta) dan shopia (kebajikan). Dalam batasan modern,
filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha memahami semua hal yang muncul di
dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusis, yang berharap agar manusia dapat
mengerti dan mempunyai pandangan menyeluruh dan sistematis mengenai alam
semestadan tempat manusia di dalamnya. Intinya manusia merupakan bagian dari
dunia.
Filsafat pendidikan
dipengaruhi oleh dua hal yang pokok, yaitu cita-cita masyarakat dan kebutuhan
peserta didik yang hidup di masyarakat. Filsafat adalah cinta pada
kebijaksanaan (love of wisdom). Agar seseorang dapat berbuat bijak, maka harus
berpengetahuan, pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses berpikir secara
sistematis, logis dan mendalam. Filsafat dipandang sebagai induk segala ilmu
karena filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia yaitu meliputi
metafisika, epistimologi, aksiologi, etika, estetika, dan logika.[8]
Sebagai induk dari
semua pengetahuan (the mother of know ledge) filsafat dapat dirumuskan sebagai:
a). metafisika:
yakni studi tentang hakikat kenyataan atau realitas
b). epistimologi. Yakni
studi tentang hakikat pengetahuan
c). aksiologi:
yakni studi tentang nilai
d). etika: yakni
studi tentang hakikat kebaikan
e). estetika: yakni
studi tentang hakikak keindahan
f). logika. Yakni studi tentang hakikat penalaran
Namun demikian,
seorang tidak perlu mendalami semua bidang filsafat dalam mengembangkan kurikulum.
Pendidikan pada prinsipnya bersifat normatif yang ditentukan oleh sistem nilai
yang dianut. Tujuan pendidikan adalah membina “warga negara yang baik” dan
norma-norma yang baik tersebut tercantum dalam falsafah bangsa indonesia adalah
falsafah pancasila.[9]
2. Landasan Sosiologis
Asas sosilogis mempunyai peran penting
dalam mengembangkan kurikulum pendidikan pada masyarakan dan bangssa dimuka
bumi ini. Suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita
tertentu dan kebutuhan masyarakat. Karena itu, sudah sewajarnya pendidikan
memperhatikan aspirasi masyarakat dan pendidikan mesti memberi jawaban atas
tekanan-tekanan yang datang dari soio-politik-ekonomi yang dominan. Berbagai
kesukaran juga akan muncul apabila kelompok sosial dalam masyarakat, seperti:
militer, politik, agama, industri, pemerintah, swasta, ekonomi, dan lain-lain,
mengajukan keinginan yang bertentangan dengan kepentingan kelompok
masing-masing. Akhirny sangat memungkinkan muncul tekanan dari sumber ekternal,
dari negara lain, organisasi internasional, dan lain-lain.
Dari sudut pandang sosiologis, dalam sistem
pendidikan serta lembaga-lembaga pendidikan tedapat bahan yang memiliki beragam
fungsi dari kepentingan masyarakat, yakni:
a. Mengadakan revisi dan perubahan sosial
b. Mempertahankan kebebasan akademis dan
kebebasan melaksanakan penelitian ilmiah
c. Mendukung dan ikut memberi kontribusi
kepada pembangunan
d. Menyampaikan kebudayaan dan nilai-nilai
tradisional serta mempertahankan status quo
e. Mengeksploitasi orang banyak demi
kesejahteraan golongan elit
f. Mewujudkan revolusi sosial untuk
melenyapkan pengaruh-pengaruh pemerintah terdahulu
g. Mendukung kelompok-kelompok tertentu,
antara lain kelompok militer, industri atau politik
h. Menyebarluaskan falsafah, politik dan kepercayaan
tertentu
i.
Membimbing dan mendisiplinkan jalan pikiran generasi
muda
j.
Mendorong dan mempercepat laju kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
k. Mendidik generasi muda agar menjadi warga
negara nasional dan warga dunia
l.
menjadi Mengajarkan keterampilan pokok, misalnya,
membaca, menulis, dan berhitung, serta
m. Memberikan keterampilan yang berhubungan
dengan mata pencaharian.
Banyak lagi aspek yang lain yang turut
memberikan pengaruh mengenai apa yang harus dimasukkan kedalan kurikulum, yakni
yang menjadi kebutuhan masyarakat ( the
need of society) antara lain:
a. Interaksi yang kompleks antara
kekuatan-kekuatan sosial, politik, ekonomi, militer, industri dan kultural
dengan masyarakat
b. Berbagai kekuatan dominan, sebagaimana
diungkapkan diatas, dibagian dunia lainnya erat hubungannya dengan negara
bersangkutan, dan
c. Pribadi pinpinnan dan tokoh-tokoh yang
memegang kekuasaan formal dan informal di berbagai lapisan masyarakat.[10]
3. Landasan Psikologis
Dalam mengambil
keputusan tentang kurikulum pengetahuan tentang psikologi anak dan bagaimana
anak belajar, sangat diperlukan antara lain :
1.
Seleksi dan organisasi bahan
pelajaran
2.
Menentukan kegiatan belajar
yang paling serasi
3.
Merencanakan kondisi belajar
yang optimal agar tujuan belajar tercapai.[11]
Kurikulum belajar
mengetengahkan beberapa teori belajar yang masing-masing menelaah proses mental
dan intelektual perbuatan belajar tersebut. Kurikulum yang dikembangkan
sebaiknya selaras dengan proses belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga
proses belajarnya terarah dengan baik dan tepat.[12]
Kontribusi psikologi terhadap studi
kurikulum memiliki dua bentuk. Pertama, model konseptual dan informasi yang
akan membangun perencanaan pendidikan. kedua, berisikan berbagai metodologi
yang dapat diadaptasi untuk penelitian pendidikan. Pertanyaan tentang mata
pelajaran, model-model, dan metodologi-metodologi itu bermacam-macam dan
informasinya sering tidak lengkap dan berkontradiksi. Tidak terdapat
teori-teori psikologi, tetapi hanya ada studi dan teori-teori psikologi dalam
hal perbedaan tingkat kecanggihan. Tidak kurang, beberapa bidang cukup
dikembangkan untuk menawarkan petunjuk-petunjuk kepada pendidik dan perencana
kurikulum.
Bentuk filosofis dan sosiologis lebih
mengarah kepada penentuan tujuan akhir, yang diharapkan bagi anak didik dalam
kurikulum itu. Pengetahuan psikologi itu akan membantu para pengembang
kurikulum untuk lebih realistik dalam memilih tujuan-tujuan tetapi tidak akan
menentukan tujuan-tujuan apa yang seharusnya.
Dalam memilih pengalaman belajar yang
akurat, psikolog secara umum sangat membantu. Teori-teori belajar, teori-teori
kognitif, pengembangan emosional, dinamika group, perbedaan individu,
kepribadian, model formasi sikap dan perubahan dan mengetahui pengetahui
motivasi, semuanya sangat relevan dalam merencanakan pengalaman-pengalaman
pendidikan (educational experinces).[13]
4. Organisatoris
Keadaan masyarakat senantiasa berubah dan
mengalami kemajuan pesat, sehingga tentu akan memberi beban baru bagi
pengembang kurikulum (curriculum developers), yang berperan sebagai
pembuat keputusan (decision makers) dan memilih terhadap apa yang
harus diajarkan kepada siapa. Dalam hubungan ini Nasution (1989:34) menyatakan bahwa ada 2 (dua)
masalah pokok yang harus dipertimbangkan, yakni : a) pengetahuan apa yang
paling berharga untuk diberikan kepada anak didik dalam suatu bidang studi, b)
sebahaimana mengorganisasi bahan itu agar anak didik dapat menguasainya dengan
sebaik-baiknya.
Kalau diperhatikan secara seksama, yang
paling berwenang memecahkan masalah adalah para spesialis dalam disiplin ilmu
bersangkutan, dengan persyaratan para spesialis itu selalu mengikuti
perkembangan ilmunya, dan tentunya harus memahami asas filosofis, sosiologis
dan psikologis dalam mengambil keputusan.
Sementara itu, para pengembang kurikulum
mempunyai tugas untuk membantu mereka (para spesialis) agar memahami sepenuhnya
akan tugas mereka dalam menentukan pengetahuan paling berharga tersebut.
Pendekatan yang paling baik kemungkinan adalah dengan membentuk tim yang
diketuai ahli pengembang kurikulum yang
juga memiliki pengetahuan yang memadai
mengenai bidang studi tersebut.
5. Sosio-Budaya
Nilai social-budaya
dalam masyarakat bersumber dari hasil karya akal budi manusia, sehingga dalam
menerima, menyebarluaskan, dan melestarikannya manusia menggunakan akalnya.
Setiap masyarakat memiliki adat istiadat, aturan-aturan, dan cita-cita yang
ingin dicapai dan dikembangkan. Dengan adanya kurikulum di madrasah diharapkan
pendidikan dapat memperhatikan dan merespon hal-hal tersebut.[14]
a. Pendidikan dan Masyarakat
Ada tiga sifat penting pendidikan. Pertama,
pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Hal itu
disebabkan karna pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar
sesuai dengan nilai-nilai yang daa dan diharapkan masyarakat. Karena tujuan
pendidikan mengandung nilai, maka isi pendidikan harus memuat nilai. Proses
pendidikannya juga harus bersifat membina dan mengembangkan nilai. Kedua,
pendidikan diarahkan pada kehidupan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk
pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat. Generasi
muda perlu mengenal dan memahami apa yang ada dalam masyarakat. Memiliki kecakapan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat, baik sebagai warga maupun sebagai karyawan. Ketiga,
pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat
tempat pendidikan itu berlangsung. Kehidupan masyarakat berpengaruh terhadap
proses pendidikan, karena pendidikan sangat melekat dengan kehidupan
masyarakat. Pelaksanaan pendidikan memburuhkan dukungan dari lingkungan
masyarakat, penyediaan fasilitas, personalia, sistem sosial budaya, politik,
keamanan, dan lain-lain.
Salah satu aspek yang cukup penting dalam sistem
sosial budaya adalah tatanan nilai-nilai. Tatanan nilai merupakan seperangkat
ketentuan, peraturan, hukum, moral yang mengatur cara berkehidupan dan
berprilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut bersumber dari agama,
budaya, kehidupan politik, maupun dari segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan dengan
perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga selalu
berkembang dan mungkin pada suatu saat perkembangan begitu drastis, sehingga
tidak jarang menimbulkan perbedaan bahkan konflik nilai. Konflik nilai bisa
juga diakibatkan adanya perbedaan sudut pandang karena adanya variasi
sumber-sumber nilai tersebut.
b. Perkembangan Masyarakat
Salah satu ciri dari masyarakat adalah selalu
berkembang. Mungkin pada masyarakat tertentu perkembangannya sangat cepat,
tetapi pada masyarakat lainnya agak lambat bahkan lambat sekali. Karena adanya
pengaruh dari perkembangan teknologi terutama teknologi industri, transportasi,
komunikasi, telekomunikasi dan elektronika. Dalam kondisi masyarakat demikian,
perubahan-perubahan terjadi dengan cepat, mobilitas manusia dan barang sangat
tinggi, komunikasi cepat, lancar dan akurat. Perubahan yang cepat hampir
terjadi dalam semua aspek kehidupan, sosial budaya, ekonomi, politik, ideologi,
nilai-nilai etikdan estetik. Perubahan-perubahan masyarakat ini akan
mempengaruhi perkembangan setiap individu warga masyarakat, mempengaruhi
pengetahuan, kecakapan, sikap, aspirasi, minat, semangat, kebiasaan bahkan
pola-pola hidup mereka.
Ciri universal dari manusia adalah kehidupan dalam
kelompok. Manusia lahir kelompok dan melalui kehidupan bersama ini manusia
belajar dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap nilai dan sebagainya.
Dalam kelompok pula manusia mempelajari alat-alat dan proses-proses, menerima
agama dan pandangan hidup.
Masyarakat adalah suatu sistem, suatu totalitas dimana
didalam totalitas tersebut terdapat berbagai sub sistem yang secara struktural
berjenjang mullai sub sistem kepercayaan, sub sistem nilai, atau norma-nurma
sub sistem kebutuhan dan selanjutnya sistem permintaan.
Sub sistem kepercayaan menjadi dasar timbulnya sub
nilai, sub sistem ini mendasari sub sistem kebutuhan dan selanjutnya menjadi
dasar dari sub sistem permintaan. Pemenuhan atas suatu sub sistem akan
mempengaruhi atau merubah sub sistem berikutnya, demikian seterusnya.
Masyarakat suatu sistem maupun suatu sub-sub sistem berikutnya mempengaruhi
proses pendidikan. Dan karenaya harus dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum.[15]
c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pendidikan merupakan suatu usaha
penyiapan peserta didik untuk menghadapi lingkungan hidup yang mengalami
perubahan yang semakin pesat dan terus berkembang. Sehingga dengan bekal ilmu
pengetahuan dan teknologi,setelah siswa lulus diharapkan dapat menyesuaikan
diri di lingkungannya dengan baik. [16]
d. Perkembangan Teknologi
Dari para ahli, kita sering mendengar pernyataan bahwa
ilmu bukan hanya untuk ilmu. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa
pengembangan suatu ilmu pengetahuan tidak hanya ditujukan kepada perkembangan
ilmu pengetahuan itu sendiri, melainkan juga diharapkan dapat memberikan
sumbangan kepada bidang-bidang kehidupan atau ilmu lainnya. Sumbangan yang
berupa penggunaan atau penerapan suatu bidang ilmu pengetahuan terhadap
bidang-bidang lain disebut teknologi. Iskandar Alisyahbana merumuskan lebih
jelas dan lengkap tentang teknologi.
Teknologi ialah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal (hardware dan software) sehingga
seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh,
panca indra, dan otak manusia.
BAB III
KESIMPULAN
Kurikulum
berasal dari bahasa Yunani yaitu “curir” yang artinya pelari dan “curere”
yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Jika dihubungkan dengan
pendidikan kurikulum ini berarti bahan pengajaran, sedangkan dalam kosa kata
Bahasa Arab istilah kurikulm dikenal dengan “manhaj” yang berarti jalan yang
terang dilalaui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Jika dikaitkan
dengan pendidikan berarti jalan terang yang dilalui pendidik dengan orang-orang
yang dididik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.
Landasan
pengembangan kurikulum diantaranya adalah landasan filosofis, landasan
sosiologis, landasan psikologis, landasan organisatoris, landasan sosio-budaya,
Daftar Pustaka
Abuddin
Nata, , 2005. Filsafat Pendidian Islam, Jakarta :
Gaya Media Pratama
Burhan Nurgiyantoro, 2008, Dasar-dasar
Pengembangan Kurikulum Sekolah, Sebuah Pengantar Teoritik dan Pelaksanaan, Yogyakarta,
BPFE anggota IKAPI
Dr. Idi Abdullah, M.Ed, 2007. Pengembangan
Kurikulum, teori dan praktek., jogjakarta. Ar-Ruzz Media.
Dr. Oemar Hamalik, 1990. Pengembangan Kurikulum,
dasar-dasar dan perkembangannya, Bandung, Mandarmaju.
Muhammad Zaini,
2009. Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Konsep dan Inovasi.
Yogyakarta: Teras
Muhaimin, 2005. Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Muhaimin,
,2006. Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengrai
Benang Kusut Dunia Pendidikan, PT RajaGratindo Persada, Jakarta
Oemar Hamalik, ,
2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya
Prof. Dr. Nasution S, M.A. 2006, Asas-asas Kurikulum, Jakarta,
Bumi Aksara.
Syaiful Sagala, , 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran.
Bandung: Alfabeta
[2] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta 2005. h. 1
[4] Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam,
Mengrai Benang Kusut Dunia Pendidikan, PT RajaGratindo Persada,
Jakarta,2006. h. 80
[5] Burhan Nurgiyantoro, dasar-dasar pengembangan kurikulum sekolah,
sebuah pengantar teoritik dan pelaksanaan, 2008, yogyakarta, BPFE anggota
IKAPI. Hlm. 3.
[6] Abuddin Nata, Filsafat Pendidian Islam,
Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005. hal 175-176
[8] Ibid hlm 57. Lihat Oemar Hamalik, Kurikulum
dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm 20. Lihat Muhammad
Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep Implementasi Evaluasi dan Inovasi.
(Yogyakarta: Teras, 2009), hlm 23,
[9] Dr. Idi Abdullah, M.Ed,
Pengembangan Kurikulum, teori dan praktek. 2007, jogjakarta. Ar-Ruzz Media. Hal
68-69
[10] Dr. Idi Abdullah, M.Ed,
Op Cit, hlm. 74
[13] Ibit.
[14] Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum Konsep
Implementasi Konsep dan Inovasi. (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm 45. Lihat
syaiful Sagala, Konsep dan makna Pembelajaran. (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm 250
[15] Dr. Oemar Hamalik,
pengembangan Kurikulum, dasar-dasar dan perkembangannya, 1990, Bandung,
mandarmaju. Hlm. 49-50
[16] Ibid. Lihat Oemar
Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm
22-23
0 komentar:
Posting Komentar